#navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Rabu, 10 Februari 2010

FIGUR PEMIMPIN IDEAL

Kepemimpinan merupakan kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa ada kepemimpinan, maka tatanan kehidupan masyarakat akan kacau. Pemimpin yang jujur, amanah, adil dan peduli rakyat adalah dambaan masyarakat. Itulah sebabnya seorang Irwandi, Gubernur Aceh, berani menghabiskan uang begitu banyak untuk mengadakan fit and proper test (uji layak kelayakan dan kepatutan), hanya untuk mencari figur pemimpin institusi Pemerintahan Aceh yang berkualitas. Dalam konteks Aceh, ini suatu terobosan baru dalam penjaringan pemimpin (kepala dinas).

Belakangan ini, banyak ditemukan pemimpin yang cerdas akal tapi “tidak cerdas hati” terjebak dalam perilaku menyimpang dan bersikap hedomistik buat memuaskan hawa nafsu pribadi, keluarga dan kelompoknya. Kasus seperti suap, korupsi, illegal logging dan mesum adalah realita serangkaian maksiat yang dilakukan oknum berdasi dan terhormat.

Hampir setiap hari dalam surat kabar diberitakan penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan oleh pemimpin suatu daerah, instansi (dinas) pemerintahan dan lembaga swasta lainnya, khususnya di Aceh. Adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dan mantan pejabat di daerah Aceh mulai dari gubernur, bupati, kepala dinas dan instansi/badan pemerintahan lainnya pada masa kepemimpinannya menjadi berita headline yang menghiasi media cetak saat ini. Semakin gencar pemerintah pusat mengkampanyekan slogan anti korupsi, semakin banyak pula koruptor baru yang lahir, bahkan secara jama’ah pula. Mereka berlomba-lomba untuk memperkaya diri selama masih mempunyai kesempatan tanpa ada rasa malu kepada Allah Swt dan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa moral pemimpin kita pada titik nadi yang paling rendah. Tidak ada sifat jujur, amanah, adil dan malu merupakan faktor utama terjadinya korupsi dan praktek maksiat lainnya. Fenomena krisis figur kepemimpinan seperti ini sangat memprihatinkan.
Oleh karena itu, bulan maulid merupakan momentum yang tepat bagi pemimpin saat ini untuk menjadikan Rasulullah saw sebagai figur dan panutan dalam memimpin dan bermuhasabah (introspeksi diri) sejauh mana mereka memberi kesejahteraan dan “keberkahan” bagi rakyat di masa kepemimpinannya. Konon lagi, pemilu 2009 sudah diambang pintu. Tinggal hitungan hari. Maka, kita hendaklah nantinya memilih figur pemimpin yang ideal dan bermoral seperti Rasulullah saw. Kita tidak ingin mengulang kesalahan dalam memilih pemimpin, yang efeknya dapat merugikan negara dan menyengsarakan rakyat dalam rentang waktu yang cukup lama.

Figur Teladan
Sebagai ummat Nabi saw, kita diperintahkan oleh Allah Swt untuk mentaati dan mengikuti Nabi saw dengan mengamalkan sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari. Allah swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) dan ulil amri (penguasa) di antara kamu”. (QS. An-Nisa’: 59).

Rasul saw adalah seorang hamba Allah yang memiliki akhlak mulia. Sosok kepribadian beliau yang agung merupakan aplikasi dari ajaran Al-Quran. Ibaratnya, beliau adalah Al-Quran yang berjalan. Memang, karena Aisyah ra sendiri menegaskan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Al-Quran. Bahkan Allah swt telah memuji akhlak beliau yang agung sekaligus memberikan rekomendasi bagi manusia sekalian untuk menjadikannya figur teladan dalam kehidupan ini, sebagaimana firman-Nya: “Sesunggguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21). Hal ini ditegaskan pula di dalam ayat yang lain mengenai keagungan dan kemuliaan budi pekerti: “Sesunggguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (Al-Qalam: 4).

Luar biasa..Predikat dan pujian ini langsung datang dari Allah Swt, karena akhlak beliau yang mulia. Maka tidak heran bila dalam waktu yang relatif singkat, beliau berhasil berdakwah dan menegakkan syariat Islam di muka bumi ini, dengan membawa peradaban Islam yang mulia dan terhormat menggantikan peradaban jahiliah yang hina dan zalim. Inilah rahasia kesuksesan dakwah Rasulullah saw yaitu akhlak mulia.

Dari konteks inilah, tak heran bila Mikhail H Hart, dalam buku fenomenalnya The 100 a Rangking of The Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah;1978) menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pada urutan pertama sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad, Muhammad adalah satu-satunya yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

Karakter Sosok Pemimpin Ideal
Muhammad SAW di samping sebagai seorang Rasulullah, beliau juga sosok pemimpin yang ideal dan sejati. Sebagai seorang pemimpin, beliau memiliki ketauladanan yang baik yang patut dicontoh oleh pemimpin kita saat ini.

Beliau adalah seorang pemimpin yang jujur, amanah dan adil, bukan pemimpin yang korup, nepotisme dan zalim. Beliau seorang pemimpin yang berani menegakkan “syariat Islam” di muka bumi ini, membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan pemimpin pengecut dan takut kehilangan jabatan dan kekuasaannya. Sosok seorang pemimpin yang dermawan, pemurah dan peduli rakyat (umatnya), bukan pemimpin yang kikir dan hanya memperkaya diri sendiri dan keluarganya.

Beliau adalah pemimpin yang wara’ dan bertakwa, bukan pemimpin yang fasiq dan munafiq. Seorang pemimpin yang rendah diri dan tawadhu’, bukan pemimpin yang sombong dan angkuh. Seorang pemimpin yang murabbi (pendidik) dan muallim (pengajar), bukan yang hanya pandai bicara dan perintah saja. Ketika menasehati dan memberi ilmu, maka beliaulah yang pertama yang mengamalkan ilmu dan nasehatnya. Sosok pemimpin yang sederhana dan zuhud, bukan pemimpin yang hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya.

Bukan hanya itu, beliau adalah orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah. Setiap harinya beliau bertistighfar dan bertaubat sebanyak lebih tujuh puluh kali (H.R. Bukhari), dalam riwayat yang lain disebutkan seratus kali (H.R Muslim). Padahal, kalaupun ada kesalahan dan dosa, maka telah diampuni Allah sebelum dan sesudahnya, bahkan beliau adalah seorang manusia yang telah dijamin Allah masuk surga. Ditambah lagi dengan ibadahnya yang sungguh-sungguh dan berkualitas memberi motivasi dan menjadi contoh bagi umatnya. Inilah pemimpin yang ideal yang tidak hanya memancarkan kesalehan pribadi, tapi juga kesalehan sosial.

Nah, bagaimana dengan karakter pemimpin kita saat ini? Sudahkah pemimpin kita menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan model kepemimpinan mereka? Kita sangat mendambakan karakter pemimpin ideal seperti Rasulullah SAW dan para khulafaur rasyidin. Tidak ada kata mustahil menjadi seorang pemimpin ideal seperti Rasulullah. Sejarah mencatat bagaimana kepemimpinan para khulafaur rasyidin, Muawiyah, Umar bin Abdul Azis, Harun Ar-Rasyid, Salahuddin Al-ayyubi dan para pemimpin Islam lainnya pada zaman kekhilafan Islamiah, yang telah membawa Islam kepada puncak kejayaan kejayaan dan zaman keemasan. Kuncinya, mereka mencontoh dan menerapkan model kepemimpinan Rasulullah SAW. Al Quran dan Hadits adalah pedoman dalam kehidupan mereka.

Allah SWT memerintahkan kita untuk mengikuti dan mentaati beliau. Selain itu, beliau memang diutus dan dijadikan Allah sebagai sosok figur dan suri tauladan bagi umatnya. Beliau adalah manusia biasa seperti kita, bukan malaikat (QS. Al-Kahfi: 110). Maka tidak ada kata mustahil meneladani beliau. Selama ada kemauan, pasti ada jalan.

Sebagai penutup, marilah kita menjadikan peringatan maulid ini sebagai momentum untuk introspeksi diri sejauh mana kita mencintai Rasul dan menjadikannya sebagai figur dan model pemimpin kita. Kita berharap kepada para pemimpin kita agar dapat menjalankan amanah dengan baik dan bertakwa kepada Allah SWT, karena setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya di pengadilan akhirat nantinya. Semoga para pemimpin kita diberi taufik dan hidayah oleh Allah SWT agar dapat mencontoh Rasulullah SAW dan menjadi pemimpin yang dicintai rakyat. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai Rasulullah dengan menghidupkan sunnahnya dan menjadikannya qudwah hasanah (suri tauladan), terutama untuk memilih figur seorang pemimpin saat ini.

Oleh M. Yusran Hadi, Lc., MA, Dosen fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, Direktur TB. Madinah B. Aceh.

0 komentar:

Posting Komentar

Give your Sugestion

 
Minima 4 coloum Blogger Template by Beloon-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template